10 Januari 2009

HARYADI - WHO'S

Haryadi atau nama muasalnya Fredericus Soetrisno Harjadi yang menyunting Raden Ayu Soenarlestariah pada tahun 1923 (wow .. orang bilang jamannye kude gigit besi) adalah cikal bakal kita semua, dan bila beliau sekarang masih hidup pasti hanya bisa geleng-geleng kepala karena susah menghitung anak, cucu, cicit dan canggahnya yang berjumlah lebih dari 134 orang ditambah lagi 55 manusia pasangan dari mereka.
Peninggalan beliau yang paling berharga bagi kita disamping memberi keturunan yang sebuanyak itu, adalah KESEDERHANAANNYA ! Betapa tidak, Haryadi yang saya sapa Bapak itu asal mulanya hanyalah seorang pendidik tepatnya guru MULO (setara SMP) di zaman Walondho, seorang yang patut digugu dan ditiru. Bapak adalah tipe pekerja keras dan memiliki idealisme buat bangsanya lalu mencoba masuk dunia politik setelah bersama teman-temannya mendirikan partai hingga pada waktu itu sempat dipercaya Bung Karno menjadi menteri pada kabinet Natsir pada 1950. Setelah kiprahnya dalam birokrasi beliau lalu menggeluti berbagai bisnis dalam erusahaan-perusahaan yang dimilikinya di bidang perbankan, asuransi, perkebunan, perusahaan trading dan manufaktur.
Sedangkan Ibu adalah trah ke 3 dari Kyai Tumenggung Jogonegoro yang keturunan 5 dari Paku Buwono I, turunan 7 dari Sultan Agung, turunan 9 dari Panembahan Senapati dan turunan 14 dari Sunan Giri yang seluruhnya dari kerajaan Mataram, atau turunan 16 dari Prabu Brawidjaja IV dari Majapahit yang berkuasa pada abad 14. Terakhir Jogonegoro menjadi Abdi Dalem sebagai Bupati pada zaman jumeneng Dalem Ngarso Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Sri Sultan kaping V ing Ngayojokarto.
Meski berwarna biru dan berbau keraton seperti itu, pribadi beliau SEDERHANA BANGET DAN SABAAAR, gak banyak omong tapi penuh senyuman. Beliau adalah seorang ibu rumahtangga yang baik, setia mendampingi Bapak dan konsen dalam mengasuh dan membesarkan anak-anaknya yang 18 itu (2 meninggal saat bayi). Kesibukannya di luar rumah paling-paling hanya ikut kepengurusan organisasi kewanitaan saat anak-anak sudah mulai besar.
Kini beliau-beliau sudah meninggalkan kita, jazadnya telah menjadi abu dan debu namun semangat dan apinya masih terasa menghangatkan raga dan memberi inspirasi dalam kehidupan kita semua. Semoga.
[totok harjadi]

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Maaf ... apakah boleh tahu, dimanakan kedua beliau dimakamkan? dan apakah ada diantara putra-putra beliau yang jadi imam. Mohon informasi dapat dikirimkan ke email Museum Misi Muntilan: museum_misi_muntilan@yahoo.co.id

Unknown mengatakan...

Salam..
Perkenalkan saya dionisia donna, cucu nya dari pasangan alm.wiharto-neneng diena
Eyang di makamkn di jati petamburan jakarta.

kuatbaca mengatakan...

terima kasih jarang ada bahas pak haryadi. Baca juga berita terbaru di kuatbaca